BERITA UNIK

Seruan Anak Perempuan Melawan Kekerasan

Seruan Anak Perempuan Melawan Kekerasan

Situs Judi Terpercaya – Kekerasan atau pelecehan secara daring terhadap anak perempuan masih terus saja terjadi. Riset yang dilakukan Plan International jelang Hari Anak Perempuan Internasional menemukan, lebih dari separuh anak perempuan mengaku pernah mengalami kekerasan.

Hal tersebut tak bikin remaja perempuan berdiam diri. Dalam kesempatan #Girlstakeover: Sehari Jadi Pemimpin yang digelar pada pekan lalu, sejumlah remaja perempuan menyuarakan aspirasinya dan harapannya agar anak muda memahami kekerasan berbasis gender di dunia maya (KBGO).

“Buat kita semua, jangan malu untuk terlihat berbeda. [Kita harus] melaporkan apa yang terjadi pada diri kita,” ujar Phylia, remaja 16 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat (9/10) lalu.

Dalam rangka Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober 2020, topik freedom online diangkat sebagai bentuk seruan akan kebebasan berekspresi dan terbebas dari KBGO.

Apalagi di masa pandemi, anak-anak kian akrab dengan internet. Hal ini membuat anak semakin rentan terpapar kekerasan. Fayanna, remaja 15 tahun asal Depok, Jawa Barat, mendapatkan cukup banyak pesan dan pelajaan yang bisa dipetik.

“Yang paling saya ingat, Mbak Nana [panggilan akrab Najwa Shihab] bilang girls be brave but don’t be stupid. Kita diberi berkah untuk bersuara tapi harus tahu rambu-rambu dan berhati-hati untuk meminimalisir dampak kekerasan,” ujarnya bersemangat.

Sedangkan Patrichia (17), asal Jayapura, Papua, belajar untuk berekspresi di dunia digital saat mengambil alih akun Twitter milik Budiman Sudjatmiko, Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia. Menurut dia, sekarang saatnya anak perempuan mendapat tempat yang aman dan nyaman selama mengakses internet. Jangan sampai, lanjutnya, anak perempuan justru mendapat diskriminasi dan intimidasi.

Kemudian Salwa (16), asal Kutai Timur, Kalimantan Timur, berbincang dengan Angkie Yudistia, staf khusus Presiden di bidang sosial. Dari perbincangan singkat ini, mereka sepakat bahwa anak perempuan, termasuk anak perempuan disabilitas, juga punya hak yang sama terkait akses ke dunia digital.

“Kak Angkie cukup terbuka akan isu kebebasan berpendapat di dunia digital. Anak perempuan disabilitas pun berhak mendapat akses yang sama di dunia digital, berhak menyampaikan ide-idenya,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *