BERITA UNIK

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGP

Pembalap Inggris memang pernah berjaya pada dekade 1950–1970-an. Pembalap-pembalap legenda seperti Geoff Duke, John Surtees, Mike Hailwood, Phil Read, dan Barry Sheene pernah mendominasi MotoGP. Mengacu pada statistik kejuaraan pembalap, ada 17 gelar juara dunia MotoGP yang dikoleksi para pembalap Inggris.

Namun, lambat laun, dominasi ini terkikis hingga tak ada satu pun yang tersisa. Pembalap Inggris terakhir yang secara reguler membalap di kelas MotoGP adalah Cal Crutchlow. Ia pensiun pada 2019. Untuk musim balap 2022, tak ada satu pun pembalap Inggris. Kenapa dominasi pembalap Inggris di MotoGP bisa menghilang? Ini 5 alasannya.

1. Kompetisi dan infrastruktur balapan di Inggris tak sebaik Spanyol atau Italia

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGPSirkuit Silverstone, Inggris (motorauthority.com)

Jika ingin menjadi pembalap kelas atas di MotoGP, pembinaan dan kompetisi harus dilakukan sejak usia muda. Ini tak akan bisa terwujud tanpa sistem kompetisi dan infrastruktur yang mendukung.

Sayangnya, infrastruktur itu tak dimiliki Inggris. Dilansir dari Bikesport News, dalam hal pembinaan pembalap muda, Inggris masih kalah jauh dibandingkan negara Eropa lain seperti Spanyol dan Italia.

Di Spanyol, iklim kompetisi balap sudah terbentuk bahkan di kota-kota kecil. Jika mengunjungi Albacete, Almeria, atau Andalusia, sirkuit-sirkuit di tempat itu selalu dipenuhi oleh pembalap muda. Sudah sejak usia 12 tahun mereka mengenal lintasan balap. Kompetisinya pun mendukung program berjenjang hingga kelas Grand Prix. Spanyol punya CEV Championship dan Junior Moto3.

Masih tentang infrastrutkur balap, Spanyol punya banyak sirkuit. Ada empat sirkuit yang sering masuk kalender MotoGP, seperti Sirkuit Jerez, Valencia, Aragon dan Barcelona. Dengan begitu, pembalap muda Spanyol sudah sejak kecil mengenal dan merasakan kompetisi balap berkelas Internasional. Di Inggris, hanya ada Sirkuit Silverstone yang masuk kalender MotoGP.

Kurangnya infrastruktur ini membuat pembalap muda Inggris sulit berkembang. Maka tak aneh jika pembalap Inggris harus jauh-jauh ke Spanyol jika ingin menjadi hebat. Beberapa pembalap Inggris yang pernah berlaga di MotoGP bahkan tumbuh dan besar di Spanyol. Bradley Smith dan Scott Redding misalnya, mereka pernah berkompetisi di balap Spanyol.

2. Balapan itu mahal, pembalap Inggris tak selalu punya bujet dan sponsor

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGPJunior World Championship (motogp.com)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa balapan itu tak murah. Bradley Smith, salah satu pembalap Inggris yang pernah berlaga di MotoGP, sempat mengutarakan pengalamannya pada Bikesport News.

Menurut pengakuannya, salah satu alasan ia bisa menjadi pembalap seperti sekarang adalah keberuntungan. Ia bisa masuk ke ajang Grand Prix karena Dorna mencari talenta muda Inggris untuk berlaga di kelas 125cc.

Saat ia mulai membalap, Bradley Smith tak memiliki sponsor dari perusahaan Inggris. Padahal, bujet yang dibutuhkan untuk balapan tidaklah murah.

Temannya di Spanyol pernah bercerita bahwa bujet balapan kelas junior saja sudah mahal. Dana untuk mengikuti kejuaraan balap Junior Moto3, misalnya, bisa sekitar 60.000 Euro atau sekitar Rp970 juta setiap tahunnya.

Bujet itu untuk tim yang biasa saja. Jika masuk ke tim papan atas seperti Estrella Galicia Junior Moto3, dana yang harus disiapkan bisa mencapai 200.000 Euro atau sekitar Rp3,5 miliar setiap tahun. Itu hanya biaya untuk kejuaraan junior, bukan kelas Moto3 di ajang Grand Prix yang tentu lebih mahal lagi.

Di Inggris, terang saja orang tua pun lebih memilih untuk mengirim anaknya ke tempat latihan sepak bola daripada ke arena balap. Ini berbeda dengan orang tua di Spanyol yang membiarkan anaknya kebut-kebutan di lintasan balap. Karena memang fasilitasnya tersedia, sehingga membuat biaya untuk menekuni balapan menjadi lebih terjangkau dibandingkan di Inggris.

Bujet untuk balapan sulit dimiliki oleh pembalap muda Inggris. Sementara untuk mencari sponsor, pun bukan hal yang mudah.

Dari segi market, pasar motor di Inggris tak sebesar negara Eropa lain. Sehingga para sponsor tidak begitu tertarik mengeluarkan uang. Karena pada akhirnya, ajang balapan adalah promosi yang diharapkan memberi timbal balik bagi penjualan. Jika ukuran pasarnya saja kecil, kenapa harus repot-repot menjadi sponsor.

3. Grand Prix tak terlalu populer, ini memengaruhi tayangan media dan akhirnya persepsi budaya

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGPTarran Mackenzie, juara British Superbike 2021 (motorcyclenews.com)

Di Inggris, MotoGP bukan lah ajang balapan yang populer. Balapan motor yang menjadi primadona adalah British Superbike (BSB). Media lebih banyak membahas tentang balapan road race ini. Karena itu, para talenta muda di Inggris lebih memandang BSB sebagai jalur karir yang lebih baik dibandingkan Grand Prix.

Ada juga faktor budaya yang membuat MotoGP kalah pamor. Dibanding menonton Marc Marquez atau Valentino Rossi di rumah, anak muda Inggris lebih senang menonton balapan secara langsung sambil berkumpul dengan teman. Karena itu, menonton BSB lebih disukai.

Ini juga yang membuat ajang World Superbike (WSBK) lebih populer di sana. Paling tidak, pembalap Inggris sempat mendominasi WSBK. Terakhir lewat Jonathan Rea yang menjadi juara dunia enam kali beruntun.

Selain itu, ternyata ada faktor budaya yang menyepelekan balap motor, dan ini sudah mengakar lama. Menurut Motor Sport Magazine, Inggris lebih menyukai balap mobil yang dianggap lebih glamor dan prestisius.

Ini kemudian menjadi lingkaran setan. Tayangan media pada ajang balap motor menjadi rendah. Coverage media yang rendah membuat perusahaan Inggris tidak banyak menggelontorkan uang sponsorship. Akhirnya, ini menyulitkan pembalap muda bertalenta untuk masuk ke ajang Grand Prix.

Inggris juga seperti tidak ramah pada talenta muda Grand Prix. Masih menurut Motor Sport Magazine, Bradley Smith bahkan pernah dikomentari oleh Auto Cycle Union (ACU), lembaga yang menaungi olahraga balap motor di Inggris, bahwa bakatnya tidak akan membawanya ke mana pun.

4. Akibat masa lalu Inggris yang lebih prioritaskan Isle of Man TT

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGPIsle of Man TT (iomtt.com)

Inggris kehilangan dominasinya dari MotoGP akibat adanya perubahan prioritas dari Auto Cycle Union (ACU), lembaga yang menaungi balap motor di Inggris. ACU lebih mementingkan kompetisi Isle of Man TT.

Ini terjadi sejak Isle of Man TT tidak lagi menjadi bagian dari MotoGP pada 1977. Pengembangan pembalap muda agar bisa berkarir di ajang Grand Prix pun tak lagi menjadi prioritas.

Padahal, federasi balap motor di negara Eropa lain menginvestasikan waktu, uang dan tenaganya untuk membina talenta muda agar bisa masuk ajang Grand Prix. Prioritas yang berubah ini tidak hanya dilakukan ACU, tapi juga pelaku bisnis otomotif.

Jangan lupa, sponsorship adalah tentang promosi yang ujungnya menghasilkan penjualan. Daripada MotoGP,  tim balap yang didanai oleh dealer motor atau importir motor lebih fokus pada balapan di Isle of Man TT. Karena balapan di sini lebih terjangkau sekaligus lebih mendatangkan penjualan di pasar Inggris.

5. Warisan resesi ekonomi tahun 1980-an

5 Alasan Pembalap asal Inggris Tak Lagi Mendominasi di MotoGPBritish Superbike (bikesportnews.com)

Selain dari sisi penjualan, ada satu faktor ekonomi lain yang membuat Inggris kehilangan dominasinya di MotoGP. Itu adalah warisan resesi ekonomi yang dampaknya masih terasa hingga sekarang.

Inggris pernah mengalami resesi ekonomi pada tahun 1979 hingga 1980-an. Para pekerja, termasuk pekera di sektor otomotif, banyak melakukan pemogokan. Akibatnya, ekonomi Inggris menjadi lesu dan penjualan motor pun terkena imbasnya. Para pengusaha otomotif yang mendanai tim balap mengalami kesulitan keuangan.

Solusi untuk krisis ini adalah menghentikan pengembangan motor Grand Prix yang mahal, lalu beralih ke motor balap road race yang lebih murah. Sejak itulah Inggris mulai meninggalkan Grand Prix dan lebih fokus ke kejuaraan Superstock. Dari ajang road race inilah para pembalap muda Inggris kemudian menapaki jenjang karir balapnya. Bukan dari kelas 125cc atau 250cc, apalagi MotoGP.

Dorna, sebagai penyelenggara MotoGP, sebenarnya sudah membuat upaya agar Inggris kembali menempatkan wakilnya di ajang Grand Prix. Dorna menggelar British Talent Cup (BTC) sebagai kompetisi bagi para pembalap muda berbakat di wilayah Inggris Raya. Semoga saja pada tahun-tahun mendatang, pembalap Inggris bisa kembali meramaikan MotoGP. Biar tambah kompetitif dan seru!

SALAM HOKI DAN TETAP UTAMAKAN ANGKA SENDIRI

papanloker2.com

1 User ID Untuk Semua Games
Sabung Ayam
Sportbook (Bola)
LIVE CASINO
Poker Online ( PKV )
Togel
Tangkas
Slot Games

DISKON TOGEL DI lOKERBOLA
Diskon Togel untuk Pasaran : SINGAPORE , AGOGO 4D DAN AGOGO HOKI
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.00% , 2D : 29.00%

BONUS TERBESAR DI lOKERBOLA

  • Bonus New Member 10%
  • Bonus Cashback Slots dan Sportbooks Up To 15%
  • Bonus Rollingan Casino 0.8%
  • Bonus Rollingan Poker 0.2%
  • Bonus Referral All Games 2.5%
  • Bonus Referral Rollingan Sportbooks 0.1%

===============
UNTUK INFO LEBIH LANJUT
BISA HUBUNGI CONTACT DI BAWAH INI :
WHATSAPP : +62 821 6857 2087 
INSTAGRAM : LOKERBOLA

============================================
BANK SUPPORT LAYANAN BANK 24 JAM ONLINE
BCA (ONLINE 24 JAM)
BNI (ONLINE 24 JAM)
BRI (ONLINE 24 JAM)
MANDIRI (ONLINE 24 JAM)
DANAMON (ONLINE 24 JAM)
METODE PEMBAYARAN LAINNYA (OVO, GOPAY , DANA, LINKAJA, SAKUKU DLL).

============================================
UNTUK INFO LEBIH LANJUT
BISA HUBUNGI CONTACT DI BAWAH INI :
WHATSAPP : +62 821-5108-3663
INSTAGRAM : LOKERBOLA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *