BERITA KESEHATAN

Ahli Ingatkan Efek Samping Obat Corona Buatan Unair dan BIN

Ahli Ingatkan Efek Samping Obat Corona Buatan Unair dan BIN

LOKERBOLA – Ahli farmasi mengingatkan efek samping dari gabungan obat Covid-19 yang tengah dikembangkan Universitas Airlangga (Unair), Badan Intelejen Negara (BIN), dan TNI.

Ahli Bidang Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ekawati memperingatkan masing-masing obat yang digabung untuk mengobati corona ini memiliki efek samping tersendiri.

Sehingga, jika digabung dalam satu obat tunggal dan salah satu jenis obat berdampak negatif pada pasien, maka pemakaian obat mesti dihentikan seluruhnya. Tidak bisa hanya menghentikan sementara salah satu obat yang menyebabkan efek samping pada pasien.

“Misalnya obat itu terpisah, sama-sama dipakai kemudian pasiennya mengalami mual-mual, ALC/AST meningkat, kan tinggal litonavir/ritonavir dihentikan, szithromycin bisa jalan terus. (Tapi) ketika (semua obat) dikombinasi, harus dihentikan semua (jika ada efek samping),” ungkap Zullies, melalui sambungan telepon, Senin (17/8).

Lebih lanjut, Zullies menjelaskan efek samping masing-masing, contohnya Litonavir/Ritonavir yang bila digunakan bisa berefek ke organ hati.

“Litonavir/ritonavir misalnya dia punya efek samping ke arah hati, jadi orang pake ini ada yang mual, terus peningkatan AST/ALT (enzim di dalam hati),” kata dia

Lalu ada obat azithromycin yang bisa berefek ke jantung manusia.

Kejanggalan waktu uji klinis

Lalu terkait waktu yang terbilang cukup cepat hingga sudah masuk uji klinis tahap tiga, Zullies bilang itu hal yang wajar sebab obat-obat yang digabung sudah layak edar.

Kendati begitu dia bilang masih perlu tahap penelitian akhir hingga akhirnya obat benar-benar terbukti mampu mengobati corona.

“Gak masalah (penemuan cepat) bahan obatnya itu ada, bukan sintesis obat baru, ini kan obat baru yang dikombinasikan, walaupun itu nanti kalau benar mau begitu harus ada penelitian industri di farmasi juga,” tuturnya.

Hal senada diungkap Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sekretaris Jenderal IDI, Slamet Budiarto menyebut waktu penelitian obat gabungan Unair-BIN-TNI yang tergolong singkat itu tidak jadi masalah. Pasalnya saat ini di luar negeri juga sudah mulai dilakukan penelitian serupa.

“Di luar negeri juga sama menggabung-gabungkan juga, jadi dokternya berimprovisasi. Ada yg obat a dengan b ada yg b dengan f. Di luar negeri juga sama ,” imbuhnya.

Terkait kelayakan obat, Slamet menyerahkan hal tersebut pada penilaian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

IDI Mendukung

IDI pun mendukung seluruh penelitian obat corona (covid-19), termasuk yang saat ini tengah diupayakan oleh Universitas Airlangga (Unair), Badan Intelejen Negara (BIN), dan TNI.

“Jadi IDI mendukung penelitiannya Dokter Purwati selama sudah mengikuti aturan, nanti kan yang menilai Badan POM, kita jangan apriori,” kata Slamet melalui sambungan telepon, Senin (17/8).

Selain itu, dia memberi apresiasi pada semua orang yang telah berupaya menemukan obat corona, asal dengan proses penelitian yang tepat.

Sebelumnya, Dokter Purwati dari Unair saat ini tengah melakukan kombinasi obat untuk menyembuhkan corona.

Ada beberapa regimen kombinasi obat yang tengah diupayakan, yakni lopinavir/ritonavir dan azithromycin. Kemudian lopinavir/ritonavir dan doxycyline, lalu hydrochloroquine dan azithromycin.

Informasi teranyar, obat yang tengah dibuat itu telah melewati uji klinis tahap tiga dan diklaim tinggal memasuki tahap yang terakhir.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Staf TNI AD sekaligus Wakil Ketua Pelaksana I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) Jenderal Andika Perkasa saat menggelar pertemuan dengan stakeholder guna persiapan sosialisasi hasil uji klinis fase 3.

Andika pun mengklaim pihaknya telah membandingkan kemampuan dan keamanan kombinasi obat tersebut dengan obat standar pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tanpa ventilator.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *